Branding yang Kurang Kuat untuk Orang Awam
Siapapun tentu mengetahui bahwa sejumlah ponsel Infinix sebenarnya memiliki fitur yang seringkali di atas para pesaingnya. Namun, ini tetap saja tidak merubah persepsi masyarakat awam bahwa nama "Infinix" ini bukan brand yang bisa dipercaya.
Jika misalnya kita menanyakan orang awam untuk mengganti ponsel lamanya dengan yang baru, brand-brand yang langsung bermunculan di benak mereka bukanlah Infinix, melainkan Samsung atau iPhone.
Mentok-mentok, mereka akan lebih open-minded untuk memilih brand Xiaomi atau realme ketimbang Infinix apabila terpentok budget. Tampaknya, Infinix belum dapat merebut posisi Xiaomi sebagai brand dengan value for money terbaik di kala awal-awal memasuki pasar Indonesia.
Sehingga, alih-alih memberikan kesan pertama sebagai HP murah berkualitas, kesan yang ditinggalkan adalah "murah". Padahal, seiring berkembangnya waktu, Infinix senantiasa berikan peningkatan pada kualitas sembari tetap mempertahankan harganya yang terjangkau.
Infinix juga condong lebih gencar dalam memasarkan produknya secara online, tapi kurang memerhatikan aspek offline marketing-nya. Hingga saat ini pun brand awareness terhadap merk Infinix masih terasa kurang jika dibandingkan brand besar di luar sana, apalagi jika dibandingkan dengan Samsung dan Apple.
Samsung Galaxy Z Flip3 8/128GB Antutu benchmark score
In the AnTuTu benchmark test, the Samsung Galaxy Z Flip3 8/128GB got a score of 717337 points. You can compare its ranking and performance with other models results based on the Antutu test below.
Fitur-Fitur yang Kadang Terkesan Gimik
Jika melihat dari spesifikasi ponsel-ponsel Infinix di atas kertas, mereka tampak memiliki fitur yang berkualitas. Hanya saja, beberapa spesifikasinya tampak seperti gimmick lantaran tidak sesuai dengan ekspektasi penggunanya.
Misalnya saja, mereka kala itu mengeluarkan ponsel dengan ukuran layar hampir menyerupai tablet yakni 6,95 inci (Infinix Note 7 dan 8), namun dengan resolusi HD+ yang alhasil justru membuat ketajaman layarnya tidak begitu baik.
Lalu kemudian ada Infinix Zero X Pro. HP ini suguhkan panel layar AMOLED namun ternyata memiliki akurasi warna yang mengecewakan serta tidak memiliki mode warna tertentu seperti beberapa ponsel AMOLED pesaingnya.
Bahkan, sertifikasi DRM-nya hanya Widevine L3 yang membuatnya tidak eligibel terhadap resolusi Full HD di Netflix, seperti yang dihimpun dari ulasan GSM Arena.
Selanjutnya adalah Infinix Zero 8 yang hadirkan layar IPS LCD 6,85 inci dengan refresh rate 90 Hz. Saat awal perilisannya kala itu, fitur refresh rate tinggi baru menjadi tren yang unik.
Namun, penilaian dari GSM Arena justru menunjukkan bahwa layar memiliki pixel response time yang lambat, memberikan pengalaman visual yang jauh dari kata memuaskan.
Bahkan jika menilik Infinix Note 12, ia memiliki konfigurasi Triple Camera yang salah satunya merupakan sensor QVGA. Umumnya, sensor QVGA ini hanya sekadar ada untuk menambah jumlah kamera tanpa berikan fungsi sama sekali pada pengalaman fotografi. Biasanya hal ini hanya ditemukan pada ponsel 1 jutaan, itu pun dari brand-brand lokal seperti Luna dan Advan.
Seringkali, ponsel-ponsel Infinix tampak menggiurkan jika dilihat dari spesifikasinya. Namun, kualitasnya perlu dikaji lebih dalam lagi untuk menentukan apakah mereka berikan pengalaman pengguna yang nyaman atau tidak. Beberapa fitur yang dijanjikan malah jadi terkesan gimik untuk sekadar menarik minat orang untuk membeli.
Jarang Memakai Chipset dari Qualcomm
Infinix memang merupakan brand dengan ponsel berkualitas, seringkali berikan kapasitas baterai memadai dan juga layar yang lega guna berikan imersi mendalam saat menonton film. Akan tetapi, dapur pacu yang digunakannya selalu berasal dari MediaTek.
Ini tidak semerta-merta membuat kinerjanya kalah dibanding HP lain dengan Snapdragon. Hanya saja, para pelaku developer seringkali melakukan optimasi kepada aplikasi dan gimnya terhadap chipset besutan Qualcomm. Infinix pernah memakai cip Snapdragon pada produk Infinix Hot S3X yang dirilis 2018.
Kebanyakan ponsel besutan Infinix hanya menggunakan chipset MediaTek Helio. Bahkan sebelum hadirnya Infinix Zero 5G, tidak ada satu pun yang menggunakan chipset Dimensity yang performanya lebih setara dengan Snapdragon keluaran terbaru.
Tidak adanya HP Infinix dengan cip Qualcomm Snapdragon sebenarnya bukan hal yang buruk-buruk amat. Bisa jadi di belakang layar Infinix punya kerja sama khusus dengan MediaTek. Terlebih Infinix tampaknya punya "racikan khusus" agar cip MediaTek yang dipakainya bisa berjalan optimal.
Značka a operační systém
Verze OS v době představení
Nalezli jste v parametrech chybu? Dejte nám vědět!
Uživatelské hodnocení
Výkon v AnTuTu Benchmark
Infinix Mobile merupakan salah satu brand smartphone yang berbasis di Hong Kong dan didirikan pada tahun 2013 oleh Transsion Holdings. Kendati berdiri pada 2013, ponsel-ponsel Infinix baru menjajali pasar Indonesia pada tahun 2015.
Pertumbuhan merk Infinix bisa dibilang sangat cepat. Ini berkat konsistensi Infinix untuk selalu memberikan inovasi dan spesifikasi gahar di hampir semua smartphone-nya.
Sejauh ini, produk-produk ponsel pintar dari Infinix sudah tersedia di 60 negara. Sejumlah wilayah yang memberikan respon positif terhadap kehadiran Infinix adalah Nigeria, Timur Tengah, dan Asia. Amerika Serikat juga termasuk salah satu negara yang dimasuki oleh Infinix.
Anda bisa memandang Infinix sebagai brand pesaing bagi Xiaomi (tepatnya Redmi) dan realme sebagai merk yang senantiasa hadirkan ponsel terjangkau dengan kualitas di atas rata-rata.
Lantas, apa sajakah hal-hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan bagi brand Infinix tersebut? Simak poin-poin berikut ini.
Ada sejumlah alasan tertentu yang membuat Infinix tetap eksis di Indonesia hingga saat ini. Berikut adalah poin-poin kelebihannya.
Hlavní zadní fotoaparát
Optická stabilizace (OIS)
Maximální rozlišení videa
Max. snímková frekvence videa
Suka Bawakan Fitur-Fitur Flagship di Harga Terjangkau
Brand Infinix termasuk dalam salah satu produsen yang berikan kejutan-kejutan unik di setiap produknya. Ini terjadi karena sebagian ponselnya menghadirkan fitur yang jarang dimiliki oleh ponsel pesaingnya.
Misalnya saja seperti Infinix Zero X Pro. HP ini hanya memiliki banderol harga mulai dari Rp4 jutaan, tapi sudah membawakan kamera utama 108 MP yang dilengkapi OIS dan juga lensa periskop telefoto Moonshot Camera untuk mengambil foto pemandangan bulan di malam hari.
Padahal, umumnya lensa periskop telefoto baru bisa ditemukan pada ponsel seharga Rp7 jutaan atau bahkan Rp10 jutaan ke atas.
Selanjutnya yang sudah dibahas di poin sebelumnya, yakni Infinix Note 12 VIP yang menghadirkan kemampuan pengisian daya cepat (fast charging) hingga 120 W.
Untuk diketahui, daya pengisian 120 W adalah salah satu yang tercepat di industri, dan biasanya hanya dimiliki oleh smartphone flagship dengan banderol harga 10 jutaan.
Karena harga Infinix Note 12 VIP yang seharga 4 jutaan, ini tentu jadi sebuah daya tarik yang bikin siapa pun menoleh. Tidak sekadar punya daya 120 W, tapi smartphone tersebut juga menghadirkan 108 jenis keamanan untuk menjaga ponsel, kabel, dan adapter dari kerusakan.
Lalu, Infinix Note 30 Pro juga menjadi salah satu pertama di dunia yang membawakan fitur wireless serta reverse wireless charging di harga Rp3 jutaan. Padahal biasanya fitur ini hanya tersedia di ponsel flagship Rp10 jutaan ke atas.
Menariknya lagi, charger nirkabelnya pun sudah tersedia di kotak penjualan Infinix Note 30 Pro, di saat mayoritas HP flagship menjualnya secara terpisah.
Přední (selfie) fotoaparát
Navigační (polohový) modul
Umístění čtečky otisků
Akcelerometr (G-senzor)
Max. výkon drátového nabíjení
Max. výkon bezdrát. nabíjení
Zvýšená odolnost proti pádu
Širokoúhlý fotoaparát
Alternatives and related devices
Rate this page: 1-5
Uživatelské hodnocení
Výkon v AnTuTu Benchmark
Obnovovací frekvence displeje
Qualcomm Snapdragon 888
1x Cortex X1 2.84GHz + 3x Cortex A78 2.42GHz + 4x Cortex A55 1.8GHz
Maximální frekvence procesoru
Výkon v AnTuTu Benchmark
Slot na paměťovou kartu
Typ vedlejší SIM karty